kabargolkar.com - Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan politik akan semakin dinamis dan panas memasuki tahun 2023. Ia mengajak semua pihak mengantisipasi manuver-manuver politik yang sifatnya merusak.
"Semua elemen masyarakat hendaknya menolak dan mencegah manuver politik yang destruktif agar kinerja perekonomian dan stabilitas nasional tetap terjaga sepanjang tahun ini," kata Bamsoet dalam pernyataannya, Kamis (5/1) .
"Konsekuensi logis politik nasional tahun ini semakin dinamis. Itu kelanjutan pembahasan isu politik sepanjang 2022 yang diwarnai profil calon presiden baru. Bahkan, muncul pula diskusi tentang mencari penerus Jokowi, bukan sekadar pengganti Jokowi. Beberapa kalangan juga khawatir akan terjadi praktik politik identitas," imbuh dia.
Menurut Bamsoet, sepanjang tahun ini bisa dipastikan ruang publik akan banjir pernyataan politik hingga debat, atau adu argumentasi antar-politisi dari semua parpol.
Sebab itu, ia mengajak para politisi mengutamakan pemaparan program pembangunan, serta menawarkan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan negara dan masyarakat.
"Kritik proporsional dan debat beretika akan menghadirkan wajah demokrasi Indonesia yang semakin matang dan indah. Kematangan demokrasi yang tercermin dari dinamika politik yang tereskalasi itu akan memperkokoh kondusifitas negara-bangsa. Kondusifitas yang kokoh memungkinkan mesin perekonomian negara tetap bekerja," paparnya.
"Berpijak pada harapan ideal seperti itu, semua peserta Pemilu 2024 diajak untuk lebih mengedepankan politik yang berlandaskan nilai-nilai kemaslahatan, yakni tetap dan selalu menjadikan kepentingan rakyat sebagai yang utama atau prioritas," tambah dia.
Ia juga mengajak kontestan pemilu lebih santun dalam berpolitik. Simpati dari konstituen atau calon pemilih harus diraih dengan pendekatan yang bermartabat dan elegan. Ia berharap, keberagaman masyarakat Indonesia tidak jadi celah polarisasi.
"Dikotomi politik cenderung membelah persatuan dan menyulut disharmoni. Maka, setiap politisi hendaknya membuang jauh-jauh dikotomi politik yang menyebabkan polarisasi masyarakat pada kutub-kutub yang berseberangan," terangnya.
"Semua elemen masyarakat hendaknya diajak menjadikan pemilu sebagai bagian dari proses pendewasaan berpolitik dan proses pematangan berdemokrasi.
Bamsoet menekankan, kondusifitas negara adalah modal utama kesejahteraan. Sehingga di tengah meningkatnya suhu politik, kewaspadaan bersama harus diperkuat. Ia mengatakan, situasi seperti itu sangat mungkin dimanfaatkan oleh oknum untuk merusak soliditas bangsa.
"Suka tidak suka, semua elemen masyarakat masih harus menghadapi dan menyikapi adanya friksi dalam kehidupan kebangsaan. Friksi itu jelas, ditandai oleh aksi radikalisme dan terorisme, maupun aksi separatisme dan disintegrasi bangsa," ungkapnya.