kabargolkar.com, JAKARTA - Dengan jumlah produksi sebanyak 21 juta ton setahun, Indonesia
telah menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI). Pemerintah Indonesia kini telah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan Nikel untuk memproduksi baterai listrik.
“Dengan ini (potensi Nikel) yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat,” tegas Menko Marves Luhut B. Pandjaitan saat memberikan ceramah dalam Pembekalan Kunjungan Lapangan Isu Strategis Nasional Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ke-61 di Jakarta. Karenanya, dia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan. “Kita juga ngga boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita,” sambungnya.
Dalam paparan yang disampaikan secara virtual, dia pun menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020. “Produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP),”ujar Menko Luhut dengan nada optimis.
Peningkatan produksi bahan baku baterai lithium tersebut merupakan salah satu dari materi yang disampaikannya kepada para peserta pembekalan Lemhanas. Topik lain yang juga dijelaskan Menko Luhut antara lain soal implementasi Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja, penanganan Covid 19, dan peningkatan investasi.
Khusus tentang penanganan Covid 19 dan penguatan investasi, Menko Luhut menegaskan bahwa pemerintah berupaya untuk menangani dengan seimbang. “Tapi penanganan Covid dan investasi is just like two sides of the coin, artinya kedua-duanya sama-sama penting. Jadi strategi pemerintah agar ekonomi tetap berjalan adalah dengan mempercepat proses vaksinasi,” tambahnya.
Membahas soal investasi, Menko Luhut menyampaikan bahwa pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektifitas maritim dan penurunan emisi karbon.
Selain Nikel, Menko Luhut juga menyinggung soal investasi hilirisasi bauksit. Diapun sempat menyebutkan beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit.
Ketujuh kawasan tersebut antara lain kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar USD 2,5 miliar (target operasi tahun 2021), kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi sebesar USD 4.19 miliar (target operasi pada kuartal keempat tahun 2021), dan kawasan industri Tanah Kuning dengan nilai total investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar USD 60 miliar (target operasi tahun 2022).
Selain kawasan-kawasan itu, Menko Luhut juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar USD 10 miliar. Dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi, menurutnya ongkos produksi menjadi semakin muran.
“In the end, cost kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia,”bebernya