Kabargolkar.com – Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin, merespon pernyataan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau dikenal dengan Cak Imin, yang mengkritik soal negara berhutang untuk membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista).
Nurul Arifin menyebut bahwa Indonesia tetap harus selalu siap untuk menghadapi kondisi apapun, termasuk perang.
“Terdapat adagium, si bis pacem parabellum yang berarti kalau kita mau perdamaian, kita harus selalu siap untuk menghadapi perang,” keterangan Nurul Arifin yang dikutip melalui rakyatmilenial.com pada Kamis (4/1/24).
Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran ini beranggapan bahwa Indonesia saat ini memang sedang tidak menghadapi perang secara langsung. Kendati demikian, ia menyebut perang bisa terjadi kapan saja, ibarat pepatah ‘sedia payung sebelum hujan’.
“Indonesia hari ini memang tidak menghadapi perang secara langsung, namun kita tidak pernah tahu kapan perang akan terjadi. Kita melihat bahwa kondisi geopolitik hari ini tengah memanas, sehingga Indonesia harus selalu bersiap diri untuk menghadapi perang.” ucapnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menyebut bahwa anggaran pertahanan juga merupakan suatu kebutuhan demi menjaga keutuhan NKRI. Maka, kata dia, perlu untuk memperkuat sistem pertahanan negara.
“Hari ini saja kita masih tertinggal dengan negara tetangga. Sebagai contoh, untuk negara sebesar Indonesia kita memiliki anggaran Rp 135 triliun untuk RAPBN 2024, kurang lebih setara dengan anggaran pertahanan Singapura tahun 2022 dengan $11,7 miliar atau Rp 136 triliun. Sangat minim jika membandingkan kebutuhan luas wilayah yang dipertahankan di Indonesia dengan Singapura,” ujar dia.
Selain itu, Nurul juga mengingatkan Cak Imin bahwa kondisi dunia belakangan juga semakin tidak mudah. Perang terjadi di mana-mana, proxy war juga jadi ancaman.
“Belum lagi kita bicara dengan tantangan Laut Cina Selatan, tantangan AUKUS, kebutuhan pengamanan wilayah udara dan laut Indonesia, dan masih banyak lagi maka dari itu, kita tidak mungkin untuk mengabaikan kebutuhan pertahanan Indonesia. Itu sama saja dengan mengabaikan keamanan dan keselamatan seluruh warga negara Indonesia,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Cak Imin sebelumnya melakukan dialog bersama kelompok petani di Soreang, Kabupaten Bandung. Cak Imin merasa heran dengan kondisi negara yang lebih memilih berutang untuk membeli alat perang ketimbang alat pertanian.
“Kita nggak perang, kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian. Buat apa kita utang ratusan triliun tapi tidak untuk sesuatu yang nyatanya tak dibutuhkan? Nyatanya kita butuh pangan,” kata Cak Imin dalam acara Nitip Gus bersama kelompok petani di Kabupaten Bandung, Rabu (3/1).
Cak Imin lantas bercerita pernah mendatangi salah satu pameran alat perang di benua Eropa. Dia mengatakan alat perang yang ditampilkan dan dihancurkan lalu diganti menjadi alat pertanian.
“Jadi saya pernah suatu hari ke Eropa, di Eropa itu ada pameran, pamerannya itu menarik, pameran alat perang, diganti, dihancurin, jadi alat pertanian,” katanya.