Kabargolkar.com - Anggota Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga mengatakan saat ini Industri Farmasi Indonesia khususnya BUMN Farmasi sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan farmasi swasta, apalagi dengan industri farmasi global.
Karena itu pula, Lamhot dalam keterangan tertulisnya mendorong agar PT Bio Farma (Persero) yang saat ini menjadi holding, mengejar ketertinggalan itu sehingga menjadi tulang punggung pertahanan kesehatan Indonesia.
“Saya melihat, Bio Farma ini kan usianya sudah ratusan tahun, namun kalah bersaing dengan industri farmasi swasta. Kalau holding Bio Farma ini, juga BUMN Farmasi tidak bisa mengejar ketertinggalan, maka kesehatan republik ini akan sangat terganggu ke depannya. Itu yang akan kita dorong," kata dia, Minggu (26/12/2021).
Politisi Fraksi Golkar tersebut mengungkapkan ada dua hal yang harus dilakukan oleh Bio Farma untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Pertama, Bio Farma perlu mengembangkan industri farmasi berbasis herbal. Pada saat ini dunia sudah mengarah ke obat-obatan herbal.
"Ketika kita menggunakan obat-obat berbasis herbal, efek sampingnya sangat minim dan tidak menimbulkan penyakit lainnya," tegas Lamhot.
Selanjutnya, yang perlu didorong kepada Bio Farma agar bisa mengurangi importasi bahan baku obat. Mengingat, industri farmasi sangat bergantung kepada bahan baku impor. Dari data yang didapat Lamhot, sekitar 95 persen bahan baku yang digunakan industri farmasi dalam negeri adalah impor.
Wakil rakyat dari Dapil Sumatera Utara II itu mendorong agar Bio Farma membuat perencanaan terkait industri farmasi yang raw materialnya berasal dan diproduksi di dalam negeri. Hal ini diyakini dapat menutupi kekurangan bahan baku yang kerap dikeluhkan oleh industri farmasi dalam negeri.
"Nah sepanjang kita mempunyai ketergantungan terhadap importasi bahan baku, maka farmasi kita akan kesulitan dan sangat tidak dibolehkan," ucap Lamhot.
Ditekankan pula bahwa kedaulatan Bangsa Indonesia di bidang kesehatan tidak akan tercapai kalau masih mempunyai ketergantungan terhadap importasi. Ke depan pihaknya di Komisi VII DPR RI mendorong kedua hal tersebut (industri herbal dan mengurangi importasi baham baku).