Kabargolkar.com - Legislator Golkar Darul Siska menegaskan, kampanye pentingnya melakukan vaksinasi booster Covid-19 harus masif dilakukan.
Terlebih, anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini menilai, capaian vaksinasi booster covid-19 saat ini masih tergolong rendah.
Diketahui, dikutip dari data Satgas Covid-19 menyebutkan baru 53.126.957 orang yang sudah divaksin booster dari total target 208.265.720.
"Semua kalangan mulai dari pemerintah hingga tingkat RT, tokoh masyarakat serta tokoh agama harus menekankan pentingnya hidup sehat," kata Darul Siska dalam keterangan persnya, Rabu (20/7/2022).
Selain mengampanyekan pentingnya vaksin booster Covid-19, anggota Komisi IX DPR ini mengungkapkan, masyarakat juga harus tetap menerapkan protokol kesehatan.
"Masyarakat semakin abai, merasa Covid-19 sudah lewat karena sekolah sudah boleh, fasilitas umum sudah dibuka. Masalahnya kalau aktivitas masyarakat tidak dibuka, ekonomi tidak bergerak," ujarnya.
"Mengubah pola pikir itu penting bahwa kita masih dalam ancaman Covid-19. Kebersihan harus jadi gaya hidup," tutup Darul Siska.
Pendapat senada juga diutarakan Epidemiolog Dicky Budiman yang mendorong pemerintah untuk terus mengejar target capaian vaksinasi booster. Dia menegaskan, booster penting untuk mencegah keparahan, bahkan kematian akibat Covid-19.
"Vaksin dosis ketiga itu penting, meskipun kita tahu bahwa BA.5, BA.4, BA.2.75 lebih resisten menurunkan efikasi antibodi. Tapi itu menurun dalam artian kemampuan memproteksi diri terinfeksi. Namun, dalam efektifitas mencegah keparahan dan kematian itu tetap tinggi," kata Dicky.
Dicky mengatakan, banyak masyarakat belum mendapatkan vaksin dosis lengkap. Padahal, efektifitas booster mencegah dampak parah akibat Covid-19 sudah terbukti di berbagai negara.
Menurut dia, sentra vaksinasi harus lebih banyak di area publik untuk meningkatkan capaian vaksinasi. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan edukasi mengenai risiko, manfaat, bahkan kontra indikasi dari vaksin. Dicky menilai selama ini komunikasi pemerintah masih kurang tepat dan efektif.
"Komunikasi yang disampaikan lebih sering menebar optimisme, sehingga masyarakat menganggap pandemi sudah selesai. Saya rasa literasi pandemi masih minim. Ini harus kita bangun dengan menyampaikan apa adanya," kata Dicky.