Kabargolkar.com - Demi menjaga ketahanan pangan nasional di tengah gejolak geopolitik dunia, Legislator Golkar Firman Soebagyo mengajak seluruh petani di Indonesia, untuk mengandalkan pupuk organik.
Terkhusus untuk para petani di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan, jika penggunaan pupuk organik sangat lebih unggul daripada pupuk kimia.
“Untuk itu kita harus melakukan gerakan menggunakan pupuk organik dalam rangka memperbaiki unsur kesuburan lahan dan meningkatkan produksi nasional,” kata Firman dalam keterangan persnya, Kamis (28/7/2022).
Sekarang ini, menurut Waketum Partai Golkar itu, banyak lahan pertanian dalam negeri tidak produktif, karena pupuknya itu berlebihan menggunakan pupuk kimia atau pupuk urea.
"Pupuk subsidi itu jangan dikonsentrasikan hanya pupuk urea, tapi juga pupuk organik. Untuk sumbernya, bisa diambil dari produk masyarakat dan tidak hanya bersumber dari BUMN saja," ujar Firman.
Oleh sebab itu, anggota Komisi IV DPR ini berharap, pemerintah mendukung penuh produksi pupuk organik dari masyarakat.
“Ini bentuk kehadiran negara karena pupuk organik ini akan bisa mengobati lahan-lahan petani yg sudah sakit akibat menggunakan pupuk kimia yg berlebihan dan itu dapat diperbaiki dengan menggunakan pupuk organik. Sehingga dengan pupuk organik bisa memulihkan kesuburan lahan dan dapat meningkatkan produksi pangan nasional kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Firman menjelaskan, sejak tahun 2009 sudah terus menerus menyuarakan pentingnya swasembada pangan untuk menuju kedaulatan pangan nasional dan ketika itu ia juga mendorong agar segera badan pangan nasional segera dibentuk untuk mempersiapkan dan kemungkinan terjadinya krisis pangan tersebut.
Hal tersebut karena sudah selalu di warning oleh lembaga-lembaga internasional seperti PBB, FAO telah merilis diperkirakan, populasi penduduk dunia akan terjadi kenaikan cukup tajam di tahun 2050 diperkirakan akan mencapai angka 9,7 miliar penduduk dunia sedangkan, Indonesia di tahun 2030 rilis Bappenas diperkirakan penduduk Indonesia akan naik menjadi 300 juta penduduk.
“Artinya akan ada kenaikan dua kebutuhan besar yaitu energi dan pangan akan mengalami kenaikan signifikan, oleh karena itu kalau kita tidak bersandar kepada pangan pokok produksi nasional dan kita tidak melakukan diversifikasi pangan sesuai imbauan presiden. Di Samping itu kita harus juga melakukan subtitusi pangan,” tukas dia.
Selain itu, Firman Subagyo juga mengajak semua pihak untuk melakukan substitusi pangan dengan beralih dari ketergantungan impor gandum yang kini mulai terdampak krisis global akibat anomali cuaca dan perang Rusia vs Ukraina.
Menurutnya, penggunaan tepung singkong atau mocaf sebagai pengganti ketergantungan gandum dapat menjadi pilihan yang tepat saat ini.
“Kalau tidak dilakukan maka kita akan terjebak dalam ketergantungan bahan baku impor itu beresiko tinggi dengan harga semakin tidak bisa terkendali. Disamping pemerintah juga harus mulai melakukan evaluasi terhadap produksi pertanian tutur,” tutup Firman.