Di Forum Air Dunia atau World Water Forum (WWF), Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Ravindra Airlangga mengatakan pertemuan antar negara ini sebagai langkah mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim.
Pertemuan antar negara ini diadakan di Nusa Dua Bali pada 19-21 Mei 2024. Dalam forum ini, Ravindra mengatakan ada beberapa poin yang menjadi catatan, diantaranya terkait mitigasi perubahan iklim.
"Acara World Water Forum ini salah satu poin yang disampaikan adalah keterkaitan perubahan iklim dan ketahanan air," kata Ravindra dalam Sesi III Parliamentary Session on the Occasion of the 10th Water Forum, Rabu, 22 Mei 2024.
Menurut Ravindra, perubahan iklim ini berdampak terhadap ketahanan air. Karena terjadi perubahan iklim, maka terjadi peningkatan water hazard atau bahaya air yang berdampak pada bencana akibat peningkatan frekuensi banjir, air hujan dan sebagainya.
"Isu water scarcity atau keterbatasan air. Sehingga, perlu ada rencana untuk mitigasi, perubahan iklim dan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat climate change," jelas Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar ini.
Selain itu, lanjut Ravindra, diperlukan juga untuk menjaga efisiensi air dengan menggunakan digital twin untuk melakukan simulasi guna mengetahui debet-debet air.
"Kapan akan potensi banjir, kapan potensi kekeringan dan memberikan teknologi agriculture yang lebih produktif, seperti drip irrigation” ujarnya.
Ravindra mengatakan air ini juga berdampak terhadap sektor pangan dan energi. Menurut dia, proses energi generation saat ini sangat water intesive, sesuai yang dibahas panelis dalam World Water Forum.
Sedangkan, untuk agriculture, secara rata-rata dunia 70 persen inputnya adalah air. Sehingga, perubahan iklim berdampak pada sistem air dan memberi pengaruh kepada ketahan pangan dan energi.
Tren peningkatan populasi penduduk dunia, tambah Ravindra, juga menyebabkan kebutuhan akan energi dan pangan meningkat.
"Sehingga perlu melakukan efisiensi dalam pengelolaan air, melakukan langkah-langkah untuk memitigasi perubahan iklim, dan beradaptasi dengan perubahan yang sudah terjadi," ucapnya.
Dari segi parlemen, kata dia, pengelolaan air harus memiliki payung hukum yang kuat untuk membuat practice yang terbaik terkait dengan water resources management.
"Kedua, dukungan budgeter yang cukup. Karena saat ini kita masih mendedikasikan 0,2 persen dari PDB kita untuk air dan sanitasi. Jadi ini bisa kita optimalkan lagi, atau berkolaborasi dengan private sector/NGO" pungkasnya.
Diketahui, acara World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali diselenggarakan sejak Minggu, 19 Mei 2024, diawali dengan makan malam bersama di Garuda Wisnu Kencana (GWK), yang dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), kepala negara dunia dan para delegasi.
Kemudian, Presiden Jokowi membuka Forum Air Dunia di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali pada Senin, 20 Mei 2024. Saat pembukaan, hadir juga CEO Tesla Elon Musk. (ril)