Sukabumi - Sekalipun Golkar bukan partai Islam tetapi dalam sejarahnya Partai
Golkar selalu mengedepankan aspirasi para ulama, kiai dan santri serta pondok pesantren untuk bersama-sama dalam membangun bangsa. Ulama dan Pondok Pesantren adalah pilar utama bagi Partai Golkar guna mencapai Indonesia lebih maju dan sejahtera.
Demikian dikatakan Ketua DPD Partai Golkar Jabar, Tubagus Ace Hasan Syadzily, saat memberikan sambutan pada acara Musyawarah Wilayah (Muswil) Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) Provinsi Jawa Barat di Aula Siti Khodijah Pondok Pesantren Azzainiyyah, Kampung Nagrog Sinar Barokah, Selabintana Sukabumi, Sabtu (24/9/2022) malam.
“Ulama, santri dan pesantren telah menjadi bagian utama dalam sejarah Partai Golkar sejak awal. Tentu ada alasannya mengapa para kiai guru-guru mulia mengambil ijtihad politik di Partai Golkar, yakni karena berpolitik di Partai Golkar adalah cara atau jalan menuju kemaslahatan ummat,” kata Tubagus Ace Hasan Syadzily atau yang biasa disapa Kang Ace dihadapan ratusan peserta utusan Muswil MDI dari seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
Hadir dalam kesempatan itu antara lain Ketua Umum MDI, KH. M. Chaerul Anam MZD, Anggota DPRRI dari Fraksi Partai Golkar, Hj. Dewi Asmara, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman dan sejumlah ulama, pimpinan pondok pesantren serta tamu undangan lainnya.
Kang Ace yang didampingi Wakil Ketua Bidang Penggalangan Khusus DPD Partai Golkar Jabar, Deden Nasihin dan pengurus ‘partai beringin’ Kabupaten Sukabumi itu menegaskan, pihaknya akan senantiasa mengajak dan menempatkan para ulama, kiai, santri pada tempat terbaik untuk menjaga ‘maqasid syariah’ dari perjalanan partai agar senantiasa berpijak pada nilai-nilai luhur dan semangat para pendiri bangsa.
Sebab itulah, kata Kang Ace, kenapa MDI ada dan penting bagi Golkar termasuk di Jawa Barat. “Kita tahu Jabar itu masyarakatnya sangat religius. Golkar Jabar selalu ditopang oleh para ulama termasuk ulama kharismatik seperti Abah Anom serta ulama-ulama lainnya. Kehadiran MDI harus menjadi jembatan untuk memelihara itu,” tegas Kang Ace disambut tepuk tangan para hadirin.
Kang Ace mengungkapkan dakwah yang sesungguhnya adalah berpolitik di partai nasionalis seperti di Partai Golkar. “Kalau dakwah di partai Islam kan biasa, di dalamnya sudah banyak yang mengerti dan paham keislaman, tapi di partai nasionalis kehadiran para pendakwah, ulama, santri akan selalu dibutuhkan untuk membimbing umat,” sebutnya.
Politik Kemaslahatan
Kang Ace menjelaskan pentingnya politik demi menciptakan kemaslahatan bersama. Ia menyitir kaidah dalam Ushul Fiqih yang berbunyi ‘Tasharruful imam ‘alar ra’iyyah manuthun bil maslahah’ sebagai jalan politik yang selama ini dijadikan pedoman bagi Partai Golkar. Bahwa setiap tindakan pemimpin dalam hal ini politik terhadap rakyat harus didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan.
“Karya dalam bahasa agama adalah amal sholeh agar bisa memberikan kemaslahatan bagi yang lain. Golkar ada pada posisi itu, substansinya sangat religius,” terang Kang Ace.
Di Jabar, kata dia, Golkar tak bisa lepas dari aspirasi santri dan kiai pesantren. “Saya ingin melalui MDI ini kalangan santri bisa masuk politik