Kabargolkar.com - Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad mengatakan, Partai Golkar membutuhkan banyak politikus muda mumpuni, untuk dapat menarik pemilih milenial di Pemilu 2024.
Nyarwi mengungkapkan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto harus mampu membaca arah pemilih potensial, jika ingin memenangi pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
“Golkar juga harus bekerja keras membuat elite mereka semakin dikenal publik. Terlebih, kaum muda yang menjadi mayoritas pemilih pada 2024,” ujar Nyarwi saat dihubungi wartawan, Rabu (2/11/2022).
Menurut Nyarwi, terkadang sulit menarik minat anak muda untuk berkenalan dengan partai atau tokoh.
Karenanya, dibutuhkan brand ambassador dari politisi muda yang ada daya tarik di kalangan anak-anak muda.
“Hanya saja branding bukan cuma di ruang publik dan pengaruh tokoh, tetapi daya tarik kebijakan, dan aspek yang menjadi baru, harapan, politik kan bicara harapan. Apa saja yang jadi harapan pemilih,” ungkap Nyarwi.
Tak sampai disitu, Nyarwi menuturkan, Golkar juga perlu memiliki strategi yang tepat menjelang Pemilu 2024.
Dengan kekuatan kader muda yang dikenal publik, nantinya bisa membawa elektabilitas Golkar lebih meningkat.
“Butuh orang orang yang bisa memformulasikan strategi itu tepat dengan, bisa mengerti sense electoral market lebih baik, saya kira itu penting. Bagi Golkar saya kira, bukan hal baru merekrut para profesional yang bisa men-support, mengevaluasi, mengkritisi bila perlu,“ tutup Nyarwi.
Sebelumnya dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Partai Golkar masih berada dalam tiga besar. Namun, tantangannya ada pada karakteristik pemilih Golkar yang rentan. Golkar disebut harus bekerja keras untuk menjaga pemilihnya dari sasaran mobilisasi partai lain menjelang pemilu.
berdasarkan hasil survei SMRC, PDI Perjuangan (PDIP) menjadi satu-satunya partai yang mendapatkan dukungan lebih banyak dari perolehan suara pada Pemilu 2019. Dukungan PDIP mencapai 24 persen.
Dibanding hasil pemilu 2019, dukungan kepada PDIP naik dari 19,3 persen menjadi 24 persen. Gerindra stabil dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen.
Sementara itu, Partai Golkar mendapatkan dukungan 8,5 persen, PKB (7,1 persen), PKS (6,9 persen), Partai Demokrat (5,5 persen), Partai Nasdem (5,4 persen), dan PPP (3,3 persen). Partai-partai lain di bawah 3 persen. Terdapat 19,3 persen responden yang belum menentukan pilihan.
Suara tujuh partai lain di parlemen cenderung mengalami penurunan. Golkar menurun dari 12,3 persen menjadi 8,5 persen, PKB (dari 9,7 persen menjadi 7,1 persen), PKS (dari 8,2 persen menjadi 6,9 persen), Demokrat (dari 7,8 persen menjadi 5,5 persen), Nasdem (dari 9,1 persen menjadi 5,4 persen), PPP (dari 4,5 persen menjadi 3,3 persen), dan PAN (dari 6,8 persen menjadi 1,2 persen).