Jakarta – Ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun menyampaikan bahwa Komisi XI DPR RI mendukung langkah Bank Indonesia (BI) membentuk platform cross-border payment regional bernama Nexus bersama negara-negara ASEAN dan India.
Menurutnya, inisiatif Nexus itu luar biasa untuk memperkuat kedaulatan sistem keuangan nasional dan regional. Misbakhun mendorong membangun sistem kliring lintas negara di kawasan ASEAN+India yang tidak bergantung pada sistem global seperti SWIFT.
“Ini langkah untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan. Saat bersamaan ASEAN dan India membentuk sistem switching sendiri adalah langkah patriotik. Kita jangan jadi follower, tapi pengatur,” kata Misbakhun saat rapat kerja Komisi XI dengan Gubernur BI Perry Warjiyo di Ruang Rapat Komisi XI, Komplek Parlemen, Senayan, Senin (5/5/25).
Disamping itu, Misbakhun juga mengingatkan potensi tekanan geopolitik, khususnya dari Amerika Serikat, jika sistem tersebut dianggap sebagai bentuk penghindaran dari jaringan keuangan global yang ada.
“Nexus sendiri merupakan inisiatif BI bersama bank sentral negara ASEAN untuk mengintegrasikan sistem pembayaran lintas negara melalui kerangka Local Currency Transaction (LCT). Sistem ini memungkinkan transaksi langsung antar-mata uang lokal tanpa perlu konversi dolar AS sebagai mata uang perantara,” jelas Misbakhun.
Diketahui bahwa, sejak tahun 2022, Indonesia telah menandatangani kerja sama LCT dengan Malaysia, Thailand, Filipina, dan Jepang. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa nilai transaksi LCT Indonesia-Malaysia dan Indonesia-Thailand mencapai lebih dari Rp3,3 triliun pada 2023, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan informasi dari BI, kontribusi awal Indonesia dalam Nexus diperkirakan sekitar USD 8 juta, setara Rp128 miliar, yang akan dikucurkan melalui skema pinjaman lunak jangka panjang. Skema ini berbeda dengan Thailand yang menggunakan skema hibah langsung, sehingga menimbulkan ketimpangan dalam struktur kepemilikan dan pengaruh.
Dalam hal ini, Komisi XI mendorong BI untuk memastikan posisi Indonesia sebagai pemain dominan dalam Nexus, mengingat peran strategis Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN.
Pada rapat itu juga secara khusus membahas penyertaan modal BI dalam Nexus dan Dana Pensiun Bank Indonesia (DAPENBI).