Pandemi Covid-19 mendorong Pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan inovatif hingga diakui sebagai salah
satu negara yang berhasil pulih lebih cepat dibanding negara-negara lainnya. Dalam kondisi yang penuh tantangan, Pemerintah meluncurkan kebijakan-kebijakan antara lain KUR dengan bunga 0% untuk membantu UMKM bertahan di masa pandemi, reformasi struktural melalui Undang-Undang Cipta Kerja, penyaluran bantuan tunai untuk masyarakat, hingga meluncurkan Program Kartu Prakerja yang terbukti berhasil membantu jutaan masyarakat bertahan hidup dengan upskilling dan reskilling dilakukan.
Keberhasilan Indonesia bangkit dari kondisi terpuruk akibat Covid-19 tersebut dilirik oleh beberapa negara, salah satunya Thailand. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut hangat kunjungan para Delegasi dari Parlemen Thailand pada hari Rabu (26/06) di kantor Kemenko Perekonomian. Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Thailand yang dipimpin oleh Ketua Komisi Pembangunan Politik, Komunikasi Massa, dan Partisipasi Publik Parlemen Thailand Parit Wacharasindhu ingin belajar dari Indonesia dalam menggabungkan upaya pertumbuhan ekonomi dan demokratisasi, pengembangan electric vehicle, Program Kartu Prakerja untuk pengembangan SDM, hingga penggunaan desentralisasi sebagai mesin pertumbuhan nasional.
“Indonesia termasuk negara yang mempunyai tiga zona waktu, jadi kunci dari desentralisasi adalah kita perlu pertumbuhannya tidak terpusat. Indonesia ingin setiap daerah memiliki pertumbuhan yang sama sehingga pembangunan tidak hanya terjadi di Pulau Jawa saja, tetapi juga di sekitar Indonesia bagian timur dan barat. Salah satu yang kami lakukan yakni mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus. Kami memiliki hampir 22 kawasan ekonomi khusus di seluruh Indonesia, dan salah satu kebijakan Indonesia adalah Indonesia sedang mengembangkan hilirisasi industri,” jelas Menko Airlangga.
Lebih lanjut Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa untuk industri manufaktur, Indonesia telah meluncurkan Indonesia 4.0. Indonesia juga telah berfokus dalam moineral kritis yang baru dua tahun lalu Amerika Serikat dan Eropa menyadari pentingnya mineral kritis tersebut. Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia memproduksi 50 juta ton CPO dan sedang mengembangkan biodiesel 35. Menurut Menko Airlangga, kuatnya Thailand dalam memproduksi gula, termasuk gula mentah, di fase selanjutnya Thailand dapat membangun etanol yang dapat menjadi peluang kerja sama lain antara Indonesia dan Thailand.
“Kita perlu melakukan investasi yang meningkatkan swasembada energi di negara-negara ASEAN. Dan saya pikir itu penting untuk sektor ini. Jadi, menurut saya dalam dua isu tersebut, mengenai kelapa sawit dan karet alam, saya kira kita harus bekerja sama,” ungkap Menko Airlangga.
Selanjutnya terkait EV, Menko Airlangga mengatakan bahwa mineral kritis antara lain nikel, tembaga, kobalt, dan alumunium yang merupakan bahan baku energi baru terbarukan terdapat di Indonesia. Menko Airlangga dalam kesempatan tersebut menerangkan bahwa terdapat peluang kerja sama Indonesia dan Thailand dalam rantai pengembahan kendaraan listrik. Kemudian dari sektor digitalisasi, di bawah kepemimpinan Indonesia pada Keketuaan ASEAN 2023, telah diluncurkan perjanjian kerangka ekonomi digital (DEFA) yang salah satunya diharapkan dapat memudahkan dalam bertransaksi.
“Jadi dengan semangat ASEAN, kita ingin lebih mengintegrasikan antar manusia serta menjalin hubungan ekonomi antar negara-negara ASEAN