Kabargolkar – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengapresiasi dan menyambut positif pelaksanaan diskusi bertema Arah Kebijakan Geostrategis dan Geopolitik Indonesia yang digelar di Aula 1 Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Kamis, (8/5/25). 

Adapun Diskusi yang diselenggarakan Media Penggalan Opini (MPO) DPP Partai Golkar ini, dihadiri oleh para tokoh strategis nasional dan digagas sebagai forum rutin bulanan untuk membedah tantangan dan merumuskan solusi bagi masa depan Indonesia.

“Diskusi ini akan kita lakukan rutin setiap bulannya dan saya berharap bisa memberikan solusi atas sejumlah permasalahan bangsa ini,” kata Bahlil.

Pada kegiatan diskusi tersebut, hadir sebagai narasumber pertama Wakil Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan yang juga sekaligus Sekretaris Dewan Pembina Partai Golkar, Lodewijk F. Paulus.  

Lodewijk menegaskan bahwa Indonesia saat ini menghadapi berbagai ancaman, khususnya yang bersifat hibrida dan berbentuk proxy war.

“Politik kita adalah bebas aktif, dan kita terus berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Tapi, kita juga harus waspada terhadap dinamika geopolitik yang berkembang cepat,” kata Lodewijk.

Lodewijk juga menekankan bahwa Indonesia saat ini masih merupakan negara kepulauan dan belum sepenuhnya menjadi negara maritim dalam praktiknya. Menurutnya, strategi nasional harus dibangun berdasarkan visi dan misi yang kuat, dengan mengedepankan keunggulan strategis sebagai negara kepulauan.

“Geopolitik Indonesia bertumpu pada posisi strategis sebagai negara kepulauan, yang menjadi kekuatan utama kita. Sementara secara geostrategis, kita harus bisa menyeimbangkan hubungan dengan kekuatan besar tanpa kehilangan keuntungan strategis,” ungkapnya.

Dalam diskusi tersebut, sebagai narasumber kedua menghadirkan Prof. Burhanudin Muhtadi dari UIN Jakarta. Dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya stabilitas politik dan strategi ekonomi dalam konteks global yang semakin multipolar.

“Ada dua hal penting untuk Indonesia. Pertama, stabilitas politik sangat krusial. Jika kita gagal menjaga stabilitas, kita akan kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi domestik,” ujar Burhanudin.

Burganudin juga menambahkan bahwa rendahnya penetrasi ekonomi internasional terhadap ekonomi Indonesia justru menjadi kekuatan dalam situasi krisis global seperti saat ini. Dengan kontribusi ekspor hanya sekitar 24,8 persen, ekonomi Indonesia menjadi lebih tahan terhadap guncangan eksternal.

“Dalam kondisi ini, konsumsi domestik menjadi katup pengaman utama. Maka penting bagi Indonesia untuk menerapkan pendekatan konstelasi global yang seimbang, menjadi kawan bagi semua pihak, tapi tetap menjaga kepentingan nasional,” paparnya.

Diskusi ini juga menyinggung tentang pengakuan dunia internasional terhadap kepemimpinan Indonesia. Disebutkan bahwa Presiden Prabowo Subianto mendapatkan tingkat persetujuan (approval rating) sebesar 81 persen, tertinggi di antara pemimpin negara-negara G20, sebagaimana dirilis dalam survei SEA Today News.

Partai Golkar menyatakan akan terus memfasilitasi ruang diskusi strategis seperti ini sebagai kontribusi nyata dalam mengawal arah kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional Indonesia.