Kabar NasionalKabar DaerahKabar ParlemenKabar Karya KekaryaanKabar Sayap GolkarKagol TVKabar PilkadaOpiniKabar KaderKabar KabarKabar KabinetKabar UKMKabar DPPPojok Kagol Kabar Photo
KABAR KADER
Share :
Legislator Golkar Sayangkan Mafia Beras Matikan Usaha Petani
  Kabar Golkar   11 Februari 2019
[caption id="attachment_20115" align="alignnone" width="850"]
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo menyayangkan impor komoditas pokok. Menurutnya, dengan adanya mafia beras justru mematikan usaha tani di tataran bawah. [foto: Netralnews][/caption]kabargolkar.com, JAKARTA - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo menyayangkan impor komoditas pokok. Menurutnya, dengan adanya mafia beras justru mematikan usaha tani di tataran bawah. Pembentukan Satgas Pangan ketika muncul isu mafia beras, tidak menyasar pada pengusaha dan bandar besar. "Itu lah kurangnya penegak hukum kita. Mereka tidak mengusut mafia yang kelas besar ini," kata Firman. Mafia-mafia besar, justru memiliki gudang yang lebih besar dibandingkan dengan gudang Bulog. Mereka dapat menahan distribusi, menyetop pasokan atau tidak disalurkan ke pasar. "Hanya cukup dua sampai tiga hari tahan distribusi, mereka bisa naikkan harga Rp 1.000 per kilogram. Untung besar mereka ini," kata Firman. Gudang-gudang para mafia, tersebar di beberapa daerah seperti di Sidrap di Sulawesi Selatan, Sragen di Jawa Tengah, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur. Pergudangan yang dimiliki jauh lebih canggih dibanding dengan gudang milik Bulog dalam menyimpan logistik. "Oh jauh sekali dari Bulog. Gudang mereka jauh lebih canggih untuk simpan beras," tambah dia. Seluruh penjelasan yang ia katakan, tidak lain karena kesalahan pemerintah yang memberikan keleluasaan pemenuhan kebutuhan pangan kepada mekanisme pasar. Seharusnya, pemerintah dapat memberikan seluruh mekanisme tersebut kepada Bulog saja. Sehingga, seluruh kebutuhan pangan hanya melalui satu pintu. "Mau berapa kalipun ganti kepala Bulog, tidak akan selesai jika masih menyerahkan urusan pangan ini ke mekanisme pasar. Artinya, masih banyak pengusaha yang bermain urusan ini. Tidak boleh terus-terusan begini. Apalagi, Bulog sekarang mau operasi pasar saja harus dapat perintah dulu," imbuhnya. Firman juga menyayangkan impor garam. Ia mencontohkan, terjadi impor garam beberapa waktu lalu, terjadi ketika harga garam di tingkat petani justru sedang baik. Namun, setelah garam impor masuk ke daerah yang memiliki produksi garam yang tinggi, harga jdai rusak. "Kalaupun impor, jangan garamnya terdistribusi ke daerah yang memiliki produksi garam tinggi. Masa garam impor masuk Madura?" kata Firman. Mafia impor Sejumlah orang kompeten meyakini adanya permainan yang tak tersentuh dalam praktik perdagangan impor beras. Mereka yang meyakini adanya mafia, antara mantan Kepala Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) Rizal Ramli; anggota DPR RI yang lama membidangi pangan, Firman Soebagyo dan perjabat di Kementerian Pertanian. Rizal Ramli membeberkan soal bagaimana para mafia atau rente di bidang pangan Indonesia menjalankan praktik bisnis tak terpuji. Saat bertandang ke redaksi Tribun Network di Jakarta Pusat, Rizal menjelaskan ada tiga komiditas bahan pangan pokok yang menjadi permainan para mafia, dengan total nilai impor sekitar Rp 23 triliun. "Ada mafia pada perdagangan beras, gula, dan garam. Belum juga yang lain-lain, seperti bawang," kata Rizal, Rabu (6/2). Ia melihat ada kelangkaan yang dibuat-buat yang dilakukan oleh para mafia pangan. "Di gula misalnya, wah ini perlu impor untuk gula industri
Kabar Golkar adalah media resmi Internal Partai Golkar. kami memberikan layanan media online, media monitoring dan kampanye digital politik untuk Partai Golkar dan seluruh kadernya.
About Us - Advertise - Policy - Pedoman Media Cyber - Contact Us - Kabar dari Kader
©2023 Kabar Golkar. All Rights Reserved.