Kabar NasionalKabar DaerahKabar ParlemenKabar Karya KekaryaanKabar Sayap GolkarKagol TVKabar PilkadaOpiniKabar KaderKabar KabarKabar KabinetKabar UKMKabar DPPPojok Kagol Kabar Photo
KABAR KADER
Share :
Kajian Bertani dengan Biaya Murah, Petani Sejahtera, Tanah Subur dan Alam Lestari
  Kabar Golkar   13 Februari 2019

oleh: Tonny
Saritua Purba 
(Aktivis Praja Muda Beringin dan Pegiat Petani)

Berdasarkan data pemerintah sejak tahun 2010-2017, jumlah petani prosentasenya terus mengalami penurunan sebesar 1,1 persen per tahun. Pada tahun 2010, setidaknya terdapat 42,8 juta jiwa masyarakat Indonesia yang menggeluti bidang pertanian, namun pada tahun 2017, angkanya turun menjadi hanya 39,7 juta jiwa. Pemerintah dinilai masih harus bekerja keras menjaga sektor pertanian, pemerintah perlu menanamkan mindset bahwa bekerja di sektor p?ertanian mampu menghidupi kebutuhannya sehari-hari, relatif sama bahkan bisa lebih besar penghasilannya dibandingkan jika bekerja sebagai karyawan di perusahaan. Defenisi petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut. Defenisi yang lain yang sangat saya suka adalah mengusahakan tanah secara terus-menerus dengan maksud memperoleh hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam. Petani, tanah dan alam sebuat rangkaian yang tidak terpisahkan, bahwa bertani boleh mengeloha tanah asal tanah tetap dijaga kesuburannya termasuk menjaga adanya kehidupan ekosistem mikroba yang ada di dalam tanah Defenisi lain dari petani adalah orang yang memiliki tanah sendiri, bukan penggarap ataupun penyewa lahan. Jika petani tidak memiliki lahan makan bukan disebut sebagai petani. Konseptualisasi petani menjelaskan bahwa tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Implikasi politisnya adalah petani mutlak untuk mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya atas tanah, dengan demikian konsep petani tidak terlepas dari kaitan antara social, budaya dan politik. Pertanian (agriculture) bukan hanya sebuah aktifitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja, lebih dari itu, petani adalah sebuah cara hidup. Oleh karena itu sektor pertanian dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani sebagai pelaku secara utuh, tidak saja petani sebagai sebuah profesi, melainkan juga sebagai kelompok sosial yang di dalamnya ada unsur kearifan lokal. Konsekuensi pandangan ini tentu dikaitkannya dengan unsur-unsur sosial, politik, ekonomi dan budaya sehingga pembangunan sistem pertanian haruslah secara menyeluruh. Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena akan selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani lokal, yang memiliki kebenaran umum tersendiri. Paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai, budaya dan ideologi dari tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya untuk diterapkan di negara kita. Masyarakat petani kita memiliki seperangkat nilai, falsafah, dan pandangan terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri, yang perlu digali dan dianggap sebagai potensi besar di sektor pertanian. Sementara itu perubahan orientasi dari peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan petani belum cukup jika tanpa dilandasi pada orientasi kesejahteraan petani. Jika kesejahteraan petani menjadi sasaran pembaruan kebijakan pembangunan pertanian, mengapa kata pertanian kini tidak banyak disebut-sebut ? Mengapa Departemen Pertanian lebih banyak mengurus agribusiness dan tidak lagi mengurus agriculture ? Doktor-doktor Ekonomi Pertanian lulusan Amerika tanpa ragu-ragu sering mengatakan bahwa farming is business
Kabar Golkar adalah media resmi Internal Partai Golkar. kami memberikan layanan media online, media monitoring dan kampanye digital politik untuk Partai Golkar dan seluruh kadernya.
About Us - Advertise - Policy - Pedoman Media Cyber - Contact Us - Kabar dari Kader
©2023 Kabar Golkar. All Rights Reserved.