[caption id="attachment_24214" align="aligncenter" width="650"]
Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto. (Kemenperin RI/re1) [/caption]
kabargolkar.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah berusaha menarik investor-investor asing, utamanya dari Jepang yang berada di sektor kimia hingga baja.
Langkah itu dilakukan untuk mendongkrak kemampuan manufaktur nasional, agar lebih berdaya saing global.
“Dalam upaya meningkatkan daya saing manufaktur nasional di era industri 4.0, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah strategis melalui penguatan kerjasama. Salah satunya dengan Jepang, yang selama ini hubungan perdagangan antara kedua negara terus meningkat,” kata Airlangga usai melantik empat pejabat eselon I, di kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Kamis (13/6).
Untuk mengembangkan industri kimia di Indonesia, lanjut Airlangga, rencananya Kemenperin akan menggandeng Sojitz Corporation sebagai mitra bisnis. Nantinya, perusahaan asal negara sakura itu akan membangun pabrik methanol keduanya di Indonesia.
Tidak hanya untuk industri kimia, Kemenperin pun ingin menguatkan industri baja di Indonesia. Karena di Indonesia, industri baja juga merupakan salah satu sektor hulu.
“Industri baja merupakan sektor hulu di Indonesia. karena perannya sangat penting untuk memasok kebutuhan bahan baku dalam mendukung proyek infrastruktur dan menopang sektor industri lainnya,” kata Airlangga.
Untuk kebutuhan baja, Indonesia rencananya akan merangkul perusahaan Nippon Steel dan Fujitrans Corporation. Mengenai kerjasama ke depan, Kemenperin baru akan melakukan pertemuan direksi dengan kedua perusahaan tersebut pada waktu yang belum ditentukan.
Direktur Industri Kimia Hulu, Fridy Juwono mengatakan, kebutuhan methanol di Indonesia masih sangat banyak. Namun, di sisi lain produksinya masih sangat terbatas.
Untuk itulah Kemenperin memutuskan untuk bekerjasama dengan Sojitz Corporation, yang telah memiliki 400 anak perusahaan.
“Saat ini kebutuhan methanol di Indonesia sangat besar. Tapi yang mensuplay hanya dari Kalimantan saja. Jadi masih sangat kurang untuk kebutuhan industri,” ujar Fridy. (
gatra)