kabargolkar.com, JAKARTA - Indonesia bercita-cita lepas dari statusnya sebagai negara berkembang, dan
menjadi negara maju pada tahun 2045. Oleh karena itu, dalam orasi ilmiahnya di hadapan Civitas Akademika Fakultas Geologi Universitas Padjajaran (Unpad), Menko Marves Luhut B. Pandjaitan meminta agar para dosen, mahasiswa dan para alumni yang hadir dapat berfikir inovatif/out of the box soal pengolahan komoditas mentah. “Saya mendorong rekan-rekan sekalian untuk terus belajar dan berkarya, dan memahami isu kritikal serta berwawasan lingkungan demi masa depan Indonesia maju,” ujarnya secara virtual pada Hari Sabtu (20/11/2021).
Pengantar tersebut disampaikan oleh Menko Luhut bukan tanpa alasan. Pasalnya, karena kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia telah bergantung pada komoditas mentah selama puluhan tahun.
Menko Luhut pun lantas menyebutkan bahwa ketergantungan terhadap komoditas mentah itu dapat berakibat fatal bagi Indonesia, mengingat harga komoditas sangat fluktuatif. Contoh dampak negatif dari ketergantungan tersebut adalah menurunnya angka ekspor Indonesia ketika commodity boom berakhir setelah tahun 2013. “Ketergantungan ini pun mengganggu jalannya industrialisasi, karena membuat kita cenderung berpuas diri, terutama ketika harga komoditas dunia sedang tinggi – padahal banyak faktor eksternal yang mempengaruhi harga tersebut,” urai Menko Luhut.
Belajar dari pengalaman pahit tersebut, pemerintah, imbuhnya, telah melakukan berbagai upaya supaya Indonesia dapat melakukan hilirisasi sumber daya mineralnya.
“Jika melihat dari nikel saja, kita dapat melihat keberhasilan hilirisasi ke arah stainless steel dengan ekspor besi baja pada tahun 2020 mencapai 10,9 miliar USD, hampir 10 kali nilai ekspor pada 2014 sebesar 1,1 miliar USD. Pembangunan ini juga berimbas ke meningkatnya lapangan kerja terutama di bidang teknologi. Di PT IMIP sendiri, lebih dari 30.000 SDM diserap sebagai tenaga kerja”, urai Menko Luhut.
Namun demikian, SDM Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan industri, sehingga masih diandalkannya TKA untuk pengoperasian beberapa mesin tertentu meski porsinya kecil, yakni kurang dari 10 persen total tenaga kerja.
Agar tidak terlalu lama bergantung pada tenaga kerja asing, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah terus mendorong industri melakukan transfer pengetahuan dan teknologi supaya masyarakat Indonesia dapat meraih manfaat di kemudian hari
Sementara itu, dampak positif secara ekonomi yang dirasakan oleh daerah-daerah yang melakukan hilirisasi nikel adalah selama masa pandemi pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tersebut terjaga. “Contohnya PDRB Sulawesi Tengah yang tidak mengalami kontraksi sama sekali sepanjang 2020 hingga saat ini, meskipun daerah lain dan PDB Indonesia mengalami kontraksi dalam terutama pada kuartal II-2020,” tuturnya.
Disisi lain, Menko Luhut menyebutkan bahwa pada era yang dinamis ini, isu energi dan sumber daya mineral memasuki babak baru. Dengan makin memburuknya dampak perubahan iklim, banyak negara-negara di dunia terus memperbarui memperbaharui target emisi mereka. “Karena secara jangka panjang, perubahan iklim, terutama yang diakibatkan aktivitas manusia (man-made), dapat mengancam kehidupan kita semua,” ujarnya