Kabargolkar.com - Sudah bukan rahasia lagi, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kerap disusul dengan kenaikan harga bahan pangan.
Terlebih, sejak pemerintah pusat menetapkan kenaikan harga BBM di awal September kemarin, sudah banyak pihak yang memprediksi hal ini akan memicu terjadinya inflasi di banyak sektor.
Khususnya di sektor komoditas pangan, seperti seperti cabe, bawang, hingga telur yang punya potensi terjadinya lonjakan harga karena kenaikan harga BBM.
Menanggapi isu tersebut, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, langsung gerak cepat mensosialisasikan langkah-langkah pencegahan.
Meski begitu, Ketua Umum Partai Golkar ini menegaskan bahwa hal ini tidak bisa dikerjakan satu pihak saja, butuh kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah.
“Kerja sama antar daerah, operasi pasar, kemudian juga perdagangan digital, mempercepat program tanaman pangan, menyusun neraca komoditas, kemudian sarana prasarana dan strategi TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang harus diperkuat,” kata Airlangga Hartarto dikutip dari channel YouTube G24.
Kolaborasi pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat
Sejauh ini, sebagian besar provinsi yang punya potensi besar terjadinya inflasi, seperti Denpasar dan Kalimantan, juga langsung bergerak cepat menjalankan arahan dari pemerintah pusat.
Baik pihak kabupaten sampai pemerintah provinsi langsung bagi-bagi tugas, mulai dari mengatur pemberian subsidi pangan, bazar pangan dan optimalisasi rumah pangan hingga menggelar pasar murah.
Hasilnya, per tanggal 17 September 2022 kemarin, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PHPS), sebagian besar harga komoditas pangan dapat dikendalikan, bahkan mengalami penurunan.
Misalnya harga cabe merah besar yang sebelumnya mencapai Rp61.850, sekarang menjadi Rp60.600, turun sebesar 2,02 persen, disusul cabe merah keriting yang tadinya berada di kisaran Rp65.200 kini menjadi Rp64.700, mengalami penurunan sebesar 0,77%.
Di sisi lain, harga telur ayam ras juga mengalami penurunan sebesar 0,33% atau sebesar Rp100 dari yang sebelumnya Rp30.400 per kilogram, sekarang menjadi Rp30.300.
Semoga saja ini menjadi sinyal positif pengendalian harga komoditas pangan di tengah kenaikan harga BBM. (tribunnews.com)