Kabargolkar.com - Angka prevalensi stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa
Tenggara Timur (NTT), mencapai 48,3 persen. Angka ini paling tinggi di NTT, bahkan di Indonesia.
Melansir laman mediantt.com, Selasa (26/4/22), Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengingatkan, untuk menekan angka ini tentu dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Juga, membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tangguh untuk mengatasi masalah stunting.
“Mengatasi masalah Stunting ini membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat, tidak akan bisa berhasil kalau dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat itu tidak ada. Karena ini ujung (hulu), semua ada di bapak mama (masyarakat), ada di keluarga-keluarga kita yang harus tangguh menghadapi persoalan stunting ini,” kata Melki Laka Lena saat kampanye percepatan penurunan angka stunting bersama mitra kerja BKKBN NTT di Aula Gereja GMIT Imanuel Boking, Desa Boking, Kecamatan Boking, Kabupaten TTS, Minggu (24/4/2022) petang.
Kegiatan tersebut, kata dia, sebagai sebuah langkah konkret untuk mempercepat penurunan angka stunting yakni dengan melibatkan mitra kerja untuk memperluas jangkauan intervensi sesuai dengan kebutuhan sasaran dan potensi yang dimiliki mitra kerja untuk mencapai target pravelensi stunting 14% di tahun 2024.
“Dibutuhkan rata-rata penurunan prevelensi stunting setiap tahunnya sebesar 2,7 % dalam 5 tahun. Untuk bisa mencapai target prevelensi 14% dibutuhkan stranas penanganan stunting yang lebih agresif serta kerja keras pemerintah pusat dan daerah,” tandas Legislator Golkar ini.
Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Perwakilan BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin menjelaskan, upaya percepatan penurunan stunting terus dilakukan BKKBN. Salah satunya melalui penerapan Aplikasi Elektronik siap nikah dan hamil (Elsimil).
Menurit dia, aplikasi ini merupakan aplikasi skrining, edukasi dan pendampingan calon pengantin untuk memastikan mereka berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil.
“Strategi pencegahan Stunting dari hulu diimplementasikan dalam bentuk aplikasi Elsimil yang berfungsi sebagai alat skrining untuk mendeteksi faktor risiko pada calon pengantin, menghubungkan mereka dengan pendamping, media edukasi tentang kesiapan menikah dan hamil, terutama yang terkait faktor risiko stunting, serta alat pantau kepatuhan dalam melakukan treatment untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat,” jelas Mikhael.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten TTS, dr. R. A. Karolina Tahun dalam kesempatan tersebut mengatakan, upaya pencegahan stunting salah satunya melalui pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Upaya ini menurutnya bisa dilakukan dengan cara, ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali di tenaga kesehatan, sampai melahirkan bayi kemudian menjaga status gizi anak tetap baik dan menghindari penyakit infeksi sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak dan remaja.
“Khusus anak remaja putri sesuai dengan program pemerintah kini mendapatkan tablet tambah darah 1 kali setiap minggu untuk mencegah anemia. Stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1000 hari pertama kehidupan,” jelas dr. Ria sapaan karib dr. R. A. Karolina Tahun ini