Kabargolkar.com - Indonesia Network Election Survey (INES) merilis hasil survei terkini
untuk mengetahui tingkat popularitas, kesukaan dan elektabilitas parpol serta tokoh nasional yang berpeluang menjadi capres pada Pilpres 2024 mendatang.
Selain itu, survei juga dilakukan untuk mengetahui preferensi masyarakat Indonesia terhadap parpol dan capres di 2024 serta alasan utama yang mempengaruhi preferensi masyarakat Indonesia dalam menentukan pilihan politik.
Dipaparkan Koordinator Survei Indonesia Network Election Survei (INES) Herry Soetomo, dari hasil temuan survei didapati sejumlah partai politik diprediksi tak akan lolos parliamentary threshold (PT) atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen dalam perhelatan Pilpres 2024.
Menurut Herry, hanya ada tujuh partai yang masih berada di atas ambang batas parlemen atau bisa mengirimkan kadernya untuk duduk sebagai anggota legislatif di Senayan.
"Elektabilitas Golkar berada di peringkat teratas dengan nilai 18,2 persen. Posisi kedua ditempati PDI Perjuangan dengan angka 15,2 persen, diikuti Partai Gerindra dengan 14,8 persen," ujar Herry melalui keterangan tertulis, Rabu (9/2/2022).
Selanjutnya, sambung dia, posisi keempat ditempati PKB dengan elektabilitas 7,4 persen, Partai Demokrat 5,2 persen, dan PKS 5,1 persen. Disusul Partai Nasdem menjadi partai ketujuh yang lolos ke Senayan dengan nilai 4,7 persen.
"Dan partai politik yang berada di bawah PT 4 persen adalah PAN 2,8 Persen, PPP 2,7 persen, Perindo 2,0 persen, PRIMA 1,8 persen dan Hanura 0,9 persen, Garuda 0,8 persen, PBB 0,6 Persen, PSI 0,5 persen, Partai Buruh 0,2 persen, Gelora 0,2 persen, Masyumi 0,1 persen, Ummat 0,1 persen. Sementara, untuk responden yang tidak menjawab atau tidak tahu 16,7 persen," beber Herry.
Herry mengungkapkan, melorotnya elektabilitas PDI Perjuangan yang tergeser oleh partai Golkar lantaran terpaan pernyataan Arteria Dahlan yang menyinggung penggunaan bahasa Sunda oleh seorang Kajati. Di mana kala itu, Arteria sempat meminta Kajati yang berbahasa sunda dalam rapat untuk dicopot dari jabatan hingga membuat kemarahan masyarakat suku sunda.
"Kenaikan elektabilitas Golkar tidak lain karena pengaruh dan kinerja Ketua Umumnya yang juga merupakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di kabinet Jokowi dan dianggap berhasil dalam memulihkan perekonomian nasional serta penanganan Covid-19. Begitu juga sikap politik yang ditunjukkan oleh Prabowo Subianto berhasil meningkatkan tingkat elektabilitas Gerindra, dimana suara PDI Perjuangan banyak beralih ke Gerindra juga," ungkap dia.
"Adapun partai Prima merupakan partai pendatang baru yang cukup diminati responden karena mengangkat isu 'oligarki' bahkan menyaingi beberapa partai lama," sambung Herry.
Survei Capres
Sementara itu, hasil survei elektabilitas capres terhadap 2.058 respoden dengan simulasi pertanyaan terbuka tokoh yang akan dipilih jika Pilpres digelar hari, hasilnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang paling banyak dipilih dengan tingkat keterpilihan 10,7 persen.
Kemudian di posisi kedua ada nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 9,1 persen membuntuti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 9,7 persen